Living in Tarpit

Sebenernya ini postingan buat kemarin habis kuliah MPPL. Tapi karena koneksi internet ind*osat*m2 yang lemot banget (kuota abis, tanpa ampun langsung sunat bandwidth ga karu-karuan), akhirnya ga jadi dipost kemarin malam. Jadi maksudnya judul “Living in Tarpit” itu apaan sih?

Tarpit itu berasal dari kata “tar” dan “pit”. Tar itu sejenis subtansi item, kentel dan lengket (jijay abiezz bo!), dan pit itu maksudnya lubang. Jadi tarpit itu maksudnya lubang pan tar. Seperti gambar diatas, bahkan seekor gajah aja ga bisa lepas begitu dia masuk ke dalam tarpit ini. Secara, begitu lengket dan kental tar ini serasa kayak kolam lem castol. Masi mending lem castol warnanya kuning bening, lha ini item kayak comberan, kan jijay banget! (alah -_-“)

Jadi, kenapa kok tiba-tiba ngomongin tarpit? Apa si penulis habis dapat pencerahan waktu berendam dalam comberan? Bukan gitu sob. Ini berhubungan dengan ilmu yang aku peroleh waktu kuliah MPPL tadi malam. Pak SL tadi malam habis cerita tentang pengalaman beliau menangani suatu proyek “pelat merah”. Ceritanya, petinggi-petinggi pelat merah ini modelnya kayak preman, suka malak orang gitu (kayaknya sudah jadi rahasia umum deh . . .). Tapi yang bikin heran, biasanya preman kan orang-orang diluar pekerjaan kita yang meras duit dari kerjaan kita. Lha ini premannya itu orang yang mempekerjakan kita. Jadi ketika kita sedang garap software, si bos ini minta tambahan fitur macem-macem yang tujuannya tidak lain tidak bukan adalah agar kita mutung dari proyek itu! Nah, biar si bos ini diem, kita musti sumpal tuh mulut pake duit! Gila aja, kita disuruh kerja sama dia, eh malah dihalang-halangin pekerjaan kita sama dia juga (kayak di sinetron-sinetron indo aja, tapi disitu konteksnya warisan (ga ada konteks lain)).

Jadinya, mau gak mau kita musti sogok tuh orang (alamak! udah dosa, harga diri jatuh pula). Secara dia kan orang dengan kekuasaan tinggi di tempat kerja kita. Dan kayaknya memang begitulah potret birokrasi di Indonesia . Sistem dan orang-orang di dalamnya sudah busuk sampai ke intinya (istilahnya rotten to the core, ini yang bikin aku bener-bener ogah kerja di pemerintahan). Analoginya ya kayak Tarpit tadi (cring, cring, nyambung deh). Begitu kita masuk didalamnya, kita sulit lepas dan bakal ikut-ikutan item dan bau kayak comberan.

Jadi gimana dong solusinya? Kalo aku saat ini sih, ya menghindari kontak dengan orang-orang macam ini. Masih banyak lahan kerja lain yang menghargai kejujuran dan kerja keras (wuizzzz, mbois pol!). Buat yang lain, ya tergantung seberapa mampu anda bergerak di dalam tarpit yang lengket kayak lem castol itu tapi warnanya gak kuning bening macam model gundam gitu 😀

Byousoku 5 cm

Apaan tuh 5 cm? Jadi panjangmu cuman 5 cm? Atau diameternya yang 5 cm? Gyahahahahahahah, yang manapun kau telah gagal sebagai seorang pria nak!

Nonononono, ini bukan tentang itu. Post ini tentang sebuah movie buatan Makoto Shinkai yang superb banget menurutku. Begitu superbnya sampai kuputuskan untuk membuat postingan tentang movie tersebut. Judulnya “Byousoku 5 cm” atau kalo dilinggis bakal jadi “5 cm per second”. Pengen tau seberapa superbnya? Mari kita ulas setajam S I L E T!

Pertama-tama, mari kita review sejenak tentang storynya. Dalam movie ini terdapat 3 episode, meliputi : Cherry Blossom, Cosmonaut, dan 5 cm Per Second. Secara umum movie ini menceritakan tentang jarak antara dua insan manusia (cieeehhh!). Karakter utamanya adalah Takaki Tohno dan Akari Shinohara, dua orang teman masa kecil yang semakin jauh terpisah seiring dengan berjalannya waktu.

Pada episode Cherry Blossom kita diceritakan tentang hubungan antara Takaki dan Akari pada masa kecil mereka, kira-kira pada waktu SMP. Dikarenakan pekerjaan orang tua masing-masing, mereka harus berpisah satu sama lain. Sebelum perpisahan itu, Takaki memutuskan untuk menemui Akari yang telah pindah terlebih dahulu. Untuk bertemu dengan Akari, Takaki memutuskan untuk naik kereta api menuju kota tinggal Akari. Akan tetapi selama perjalanan, selalu saja ada masalah yang diakibatkan oleh cuaca buruk. Bagaimana akhirnya nanti? Silakan lihat sendiri, dan menurutku, episode ini adalah bagian paling penting dimana penonton akan diajak memahami bagaimana ikatan antara kedua orang tersebut.

Kemudian pada episode Cosmonaut kita maju hingga saat Takaki menginjak SMA. SMAnya dekat dengan tempat peluncuran roket, Tanegashima Space Center. Pada SMAnya ini Takaki bertemu dengan Kanae Sumida, teman sekelasnya yang ada rasa dengan Takaki (cicicuit!). Berhubung mereka berdua sudah kelas 3, Kanae gelisah dan galau (alah, galau -_-“) akan perasaannya kepada Takaki. Ia mencoba untuk menyatakan cinta kepada Takaki. Bagaimana akhirnya nanti? Apakah Takaki bisa melupakan Akari dan menerima Kanae?  Silakan lihat sendiri.

Lanjut ke episode terakhir, yaitu Byousoku 5 cm. Kini Takaki sudah bekerja sebagai seorang programmer di Tokyo (ehm, ehm . . .). Selama ini dia menjadi workaholic karena ia merasa ada yang harus ia capai. Tetapi apa yang harus ia capai, ia sendiri tidak mengerti. Lalu, bagaimana hubungannya dengan teman-teman ceweknya sebelumnya? Episode ini adalah yang paling singkat dari keseluruhan movie, tapi merupakan bagian penting dari keseluruhan movie (eh, semuanya penting deh perasaan . . .). Pesan utama movie ini terletak di Byousoku 5 cm ini. Apa itu? Silakan lihat sendiri.

Secara keseluruhan, ceritanya bener-bener ngena banget. Kita bisa nge-relate ceritanya dengan kehidupan kita sendiri. Jadi selama nonton movie ini, kita serasa jadi si Takaki. 5 jempol buat Pak Shinkai yang lihai ngeracik visual dan ceritanya. Oh iya, sudah kuceritain tentang betapa sugooi-nya artwork dalam movie ini? Bener-bener breathtaking deh pokoknya. Pak Shinkai ini bener-bener mahir memasukkan suasana hati dalam tiap landscape dalam movie ini. Jadi biarpun movienya agak minim dialog, kita bisa bener-bener tahu apa yang ada didalam pikiran aktornya.

Selain itu, ending songnya bener-bener pas mantab, ini nih

Overall, Byousoku 5 cm adalah pilem yang wajib tonton. Kalo ga ditonton dalam jangka waktu 3 hari semenjak membaca post ini, si Boogieman bakal datang dan membuat anda Boogie Time hingga tenaga anda habis dan mokad. Hati-hatilah  . . .

(Yang diatas cuman guyon, jangan dianggap beneran, kalo ada yang nganggap beneran . . . -_-“)

World Standard

Sabtu pagi ini habis ada kuliah tambahan Audit dari Pak Ryan. Beliau mengajar cuma sepertiga dari seluruh pertemuan kuliah. Dua pertiganya diisi oleh duo ibu … dan mbak … (hehe, lupa namanya). Cara ngajar antar kedua pengajar bener-bener kerasa bedanya. Aku ceritain dulu gimana rasanya kuliah APL ini . . .

Waktu kuliah awal-awal, suasananya nyantai banget. Kalo ga duduk di barisan paling depan sama aja gak kuliah. Yang duduk di belakang ga direken karena kalo direken malah bikin sakit ati ibu mbaknya. Jadi mau nggosip kek, ngegame kek, tiduran kek, salto kek, summon Bahamut kek, T E R S E R A H! Tapi begitu ganti Pak Ryan, keberingasan temen-temen kayaknya menurun. Orangnya sih ga galak, malah asik kalo menurutku. Tapi aura “Profesor dari Kanada dan lulusan ITB” bisa menjinakkan kawan-kawan yang pada pengen begidakan.

Begitu balik dari Kanada, bapaknya kayaknya antusias banget buat ngajar. Dan yang bikin aku WOW itu FPnya. Di FP itu kita disuruh buat presentasi tentang project yang mau kita buat. Dan projectnya pun ga tanggung-tanggung, sekelas TA coy! Denger kayak gituan, terang aja aku langsung keder. Bukannya ga ada ide, tapi secara lahir dan batin aku masih belum siap untuk menanggung sebuah TA. Dan begitu ngobrol bareng temen-temen, mereka pada kompakan buat ngedrop kuliah itu. Sebenernya aku juga mau ngedrop juga, tapi karena dosen waliku yang susah banget dicari (kayak leprechaun aja -_-“) akhirnya niat itu ga kesampaian, keburu deadline drop kuliah lewat. Akhirnya mau ga mau musti ngikuti kuliah ini sampe titik darah penghabisan.

Dan alhamdulillah, untung aja aku ga ngedrop kuliahnya.Kuliahnya asik, diceritain tentang pengalaman beliau selama berkecimpung di dunia persilatan. Bagaimana orang-orang IT luar negeri itu, manusia-manusia pilihan yang jadi tulang punggung Silicon Valley. Standardnya hebat banget, bahkan Pak Ryan merasa dia bakal kepental jika berusaha masuk ke circle tersebut. Bused! Profesor aja bisa kepental, gimana aku yang masih mahasiswa setengah matang ini. Untung aja aku ini extraordinary, kalo ga, bakal depresi dan jadi hikikomori di Xeon (HH every day, YEAH!!!). Dengar gitu aku langsung jadi semangat. Skill kita itu ibarat boneka Matryoshka dari Rusia (aku masukin image ga random-random amat). Begitu berhasil melampaui satu lapis, masih ada lapisan lain yang harus dilampaui. Jadi, menuntut ilmu itu ga bakal ada habisnya dan pastinya selalu ada orang yang lebih tahu dari kita, jadi selaluuuuuuuuu saja ada yang bisa dipelajari. Asik kan   😀

Hello Blogworld!

Bismillahirohmanirrohim,

Ini adalah postingan pertamaku di blog wordpress pertamaku. Blog pertamaku ada di blogspot, tapi karena ga pernah diisi postingan, blog itu kini telah berkarat, penuh lumut, lembab nan pengap dan tinggal menunggu ajalnya saja.

Mengapa aku tiba-tiba pengen buat blog setelah sekian lama tidak ngeblog (lah . . . -_-“). Ini semua bermula dari suatu malam yang sunyi nan gelap. Saat itu aku sedang termenung memikirkan arti kehidupan bagi seorang manusia (sori, udah kebiasaan). Saat itu terpikirkan kejadian-kejadian yang terjadi hari itu dan hari-hari sebelumnya. Rasanya bakal rugi banget kalo memori-memori kehidupan sehari-hariku terbuang begitu saja. Secara, aku kan manusia super ordinary yang hidupnya dipenuhi kejadian-kejadian luar binasa yang biasanya cuma ada di pilem-pilem blockbuster Hollywood yang diaktori oleh Bang Sylvester Stallone (hasta la vista enemigos, CDUAAAR!!!).

Back to topic, memori-memori itu pengen aku simpan biar bisa dibaca olehku atau anak cucuku kelak. Ide pertamakua adalah dengan menulis di buku harian. Jadi ntar skenarionya, saat aku udah tua bangkotan trus nemu buku harianku ini. Setelah kubaca, aku bakal bercucuran air mata mengingat masa mudaku yang begitu indah (maca cih?). Tapi kemudian, aku rasa buku harian bukan pilihan yang tepat. Kenapa? Ya skenario itu kan kalo waktu tua ntar aku nemu tu buku harian, lha kalo enggak? Gimana kalo buku harian itu udah terkubur, dimakan rayap, ditelan buaya, hanyut karena banjir 2012, atau bahkan tertimpa meteor?

Oleh karena itu, akhirnya aku yang canggih dan sophisticated ini memutuskan untuk membuat sebuah blog sebagai pengganti buku harian. Secara, aku kan anak IT, trus kita sekarang hidup di jaman IT, ya jelas dong, musti pake buku harian yang IT abiezzzz (blog, red.) (tsk, tsk, tsk). Dan saya mempercayakan memori-memoriku ini kepada Mbah Gugel yang sakti abis untuk menjaganya. Dia kan udah banyak belanja perusahaan, masa sih, buat bekapan blogku ini bakal nyusahin dia. Bukankah si Mbah udah bangun server farm dibawah Gunung Merapi, hingga Mbah Maridjan bilang “Roso roso”(roso = kuat)?

Akhirul kalam, inilah awal dari blog jenggotopia. Semoga ntar bakal lebih banyak postingannya dan bisa mendatangkan harta berlimpah serta anak istri yang soleh-solehah. Amin.

.

.

.

BTW, postingan tanpa gambar kok rasanya ga asik ya?

Here you go